TIMES BANJARMASIN, JAKARTA – Di tengah semarak kain berwarna dan motif penuh makna, suasana hangat menyelimuti Ruang Bima Balai Kota Yogyakarta, Selasa (28/10/2025). Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Yogyakarta bersama Komunitas Kamaniya memperingati Hari Batik Nasional dengan tema 'Pesona Batik, Menembus Zaman, Menguatkan Identitas Bangsa'.
Kegiatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan juga menjadi ruang refleksi dan edukasi bagi kaum perempuan untuk memahami filosofi batik yang sarat makna, sekaligus meneguhkan rasa cinta terhadap warisan budaya bangsa.
Wakil Ketua I GOW Kota Yogyakarta, Siti Hafsah, menyampaikan bahwa kegiatan ini diisi dengan berbagai agenda menarik, mulai dari peragaan batik, sarasehan edukatif, hingga skrining kesehatan bagi peserta.
“Alhamdulillah, puji syukur, kegiatan dalam rangka Hari Batik ini berlangsung meriah dan penuh semangat. Antusiasme peserta luar biasa,” ungkapnya dengan senyum bangga.
Menurutnya, batik bukan hanya soal keindahan corak, tetapi juga menyimpan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga akhir hayat. Dalam peragaan tersebut, para ibu anggota GOW memperagakan filosofi batik sesuai tahapan kehidupan.
“Setiap motif dan kain batik punya makna sendiri. Dari bayi lahir hingga dewasa, bahkan sampai akhir hayat, semua ada nilai dan pesan yang terkandung. Inilah bentuk kebijaksanaan budaya kita,” jelas Siti Hafsah.
Ia menegaskan, memahami filosofi batik adalah bentuk menumbuhkan cinta dan kebanggaan terhadap budaya bangsa. Karenanya, ia berharap kegiatan serupa dapat menjadi agenda tahunan GOW Kota Yogyakarta dan menginspirasi organisasi wanita lainnya untuk ikut berperan dalam pelestarian budaya.
“Mudah-mudahan kolaborasi ini terus berlanjut dan menjadi kegiatan rutin. Hidup organisasi wanita Indonesia!” serunya penuh semangat.
Jaga Keaslian, Tolak Batik Printing
Lebih lanjut, Siti Hafsah mengingatkan pentingnya menjaga keaslian batik tulis dan batik cap tradisional, bukan batik printing yang kini banyak beredar.
“Yang utama, jangan salah dalam memilih. Kita harus pakai batik asli, bukan batik printing. Dengan begitu, kita turut menjaga nilai dan marwah budaya leluhur,” tegasnya.
Dalam kegiatan itu, peserta juga diajak mengikuti sarasehan bertajuk ‘Mengenal dan Memahami Penggunaan Batik Sesuai Pakem’ yang membahas filosofi batik dan tata cara pemakaiannya secara beretika.
Acara semakin semarak dengan parade batik khas Yogyakarta oleh anggota GOW dan Komunitas Kamaniya yang menampilkan keindahan berbagai motif lokal. Tak ketinggalan, penampilan angklung dan pemeriksaan kesehatan bersama Prodia menambah keakraban antar peserta.
Pemkot Dorong Batik Segoro Amarto Jadi Identitas Yogyakarta
Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM (Diskop UKM) Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo, turut hadir dan memberikan apresiasi. Ia menilai kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menggaungkan Batik Segoro Amarto sebagai identitas khas Yogyakarta.
“Acara seperti ini sangat positif. Selain menumbuhkan kecintaan terhadap batik, juga membantu Pemkot mensosialisasikan Batik Segoro Amarto agar dikenal luas, tidak hanya di kalangan birokrat,” ujarnya.
Menurutnya, Pemerintah Kota Yogyakarta tengah mendorong agar Batik Segoro Amarto tidak hanya dipakai sebagai seragam resmi, melainkan juga untuk kegiatan sehari-hari. Upaya ini diharapkan mampu membuka peluang baru bagi pelaku UMKM batik.
“Ke depan, kita dorong agar batik ini punya varian baru — bisa dipakai saat arisan, undangan, bahkan nongkrong santai. Dengan begitu, koperasi dan UMKM pengrajin batik akan terus berinovasi mengikuti selera masyarakat,” jelas Tri Karyadi.
Perempuan, Garda Terdepan UMKM dan Pelestarian Budaya
Lebih lanjut, Tri Karyadi menegaskan bahwa perempuan menjadi motor utama penggerak sektor UMKM di Kota Yogyakarta. Dari pelatihan, sosialisasi, hingga pengembangan usaha, sebagian besar pelakunya adalah perempuan yang tangguh dan mandiri.
“Perempuan di Yogyakarta luar biasa. Mereka bukan hanya pelengkap, tapi justru menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dan masyarakat,” ungkapnya.
Ia berharap semangat pelestarian batik yang ditunjukkan GOW dapat sejalan dengan penguatan peran ekonomi perempuan, sehingga budaya dan ekonomi dapat tumbuh beriringan.
Menjaga Warisan, Menyulam Masa Depan
Kegiatan peringatan Hari Batik Nasional yang diinisiasi GOW Kota Yogyakarta bersama Komunitas Kamaniya ini menjadi simbol kebangkitan nilai-nilai budaya lokal di tengah arus globalisasi.
Batik tidak hanya menjadi kain, melainkan bahasa identitas bangsa yang terus hidup di tangan para perempuan Indonesia.
Melalui kegiatan seperti ini, semangat mencintai batik diharapkan terus mengalir dari generasi ke generasi menembus zaman, menguatkan jati diri bangsa. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: GOW Kota Yogyakarta Gaungkan Cinta Batik dan Peran Perempuan dalam Pelestarian Budaya
| Pewarta | : Soni Haryono |
| Editor | : Ronny Wicaksono |