TIMES BANJARMASIN, JAKARTA – Jerman dikenal memiliki kebijakan kerja yang sangat mendukung kesehatan mental dan fisik para pekerjanya. Salah satu kebijakan yang menonjol adalah cuti burnout.
Karyawan yang mengalami burnout atau sebuah kondisi kelelahan mental dan fisik yang serius akibat tekanan pekerjaan diberikan kesempatan untuk mengambil cuti panjang yang dibayar.
Berdasarkan informasi yang viral di TikTok oleh Gabrielle, seorang kreator konten, pekerja di Jerman dapat mengambil hingga 72 minggu cuti berbayar untuk pemulihan dari burnout.
Kebijakan ini merupakan bentuk perhatian pemerintah dan perusahaan di Jerman terhadap kesehatan mental pekerja, dengan tujuan memastikan mereka dapat kembali bekerja dalam kondisi yang lebih baik.
Cuti Mengasuh Anak
Selain cuti burnout, Jerman juga memiliki kebijakan cuti melahirkan yang sangat menguntungkan bagi pekerja yang memiliki anak. Orang tua di Jerman berhak mendapatkan cuti hingga tiga tahun per anak. Kebijakan ini memungkinkan orang tua untuk fokus pada pengasuhan anak selama tahun-tahun awal kehidupan mereka tanpa khawatir kehilangan pekerjaan atau pendapatan.
Tidak hanya ibu, kebijakan ini berlaku juga untuk ayah, memberikan keseimbangan peran yang lebih baik dalam pengasuhan anak. Hal ini mendorong terciptanya kehidupan keluarga yang lebih stabil dan mendukung perkembangan anak secara optimal.
Cuti Tahunan
Selain cuti burnout dan cuti mengasuh anak, pekerja di Jerman juga memiliki hak untuk mendapatkan cuti tahunan minimal 20 hari kerja. Ini merupakan ketentuan standar yang harus dipatuhi oleh setiap perusahaan.
Dengan adanya hak cuti tahunan ini, para pekerja diberikan kesempatan untuk beristirahat dan meremajakan diri, sehingga mereka dapat kembali bekerja dengan produktivitas yang lebih baik.
Perlindungan bagi Pekerja
Di samping hak cuti yang diberikan, Jerman juga memiliki undang-undang yang kuat terkait perlindungan pekerja. Kebijakan ini memastikan bahwa karyawan tidak dapat diberhentikan secara sepihak selama mereka masih berada dalam periode cuti, baik itu cuti burnout, cuti mengasuh anak, maupun cuti tahunan.
Perlindungan hukum ini menciptakan rasa aman bagi pekerja, sehingga mereka bisa fokus pada kesehatan dan keluarga tanpa tekanan dari perusahaan.
Kebijakan cuti di Jerman menunjukkan komitmen negara ini dalam mendukung kesejahteraan pekerja. Mulai dari cuti burnout, cuti mengasuh anak hingga cuti tahunan, Jerman memberikan ruang bagi para pekerjanya untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Dengan adanya perlindungan yang kuat bagi pekerja, Jerman menetapkan standar yang tinggi dalam hal kesejahteraan karyawan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal Budaya Kerja Jerman: Cuti 72 Minggu dengan Gaji Penuh
Pewarta | : Mistahul Rahmi (DJ) |
Editor | : Khodijah Siti |